|
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan
Studi
Beberapa penelitian sistem pendukung keputusan
dengan menggunakan metode Multiple Attribute
Decission Making (MADM) untuk
membantu pihak terkait dalam pengambilan keputusan.
1.
7
|
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari.
(2013), yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bonus Pegawai pada
Hotel Alamanda Klaten dengan Menggunakan Metode Weighted Product (WP). Dari penelitian ini didapatkan bahwa dengan
menerapkan sistem pendukung keputusan pemberian bonus ini dapat mempercepat
kinerja manajer dalam menentukan siapa saja pegawai yang layak menerima bonus
pada setiap periodenya.
3.
Penerapan Metode TOPSIS Untuk Pemberian Bonus Karyawan
Berprestasi Pada PT. Deltomed
Laboratories. Dalam penelitian
tersebut metode Topsis yang merupakan metode multi kriteria
digunakan untuk membantu bagian HRD pada
PT. Deltomed Laboratories dalam
menentukan karyawan mana yang layak untuk mendapatkan bonus dengan memberi penilaian berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Pemberian bonus
karyawan ini didasarkan pada
beberapa kriteria yaitu: prestasi kerja
(tanggung jawab, kualitas pekerjaan dan
kecakapan kerja), kedisiplinan kerja (kedatangan dan ketepatan waktu), dan
prilaku kerja.
2.2 Tinjauan
Pustaka
2.2.1 PAMSIMAS
Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat) merupakan
salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan
Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan
penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
Pendekatan
program PAMSIMAS ini adalah dengan prinsip sebagai berikut; berbasis
masyarakat, kemitraan, partisipatif, transparansi, tanggap kebutuhan, tepat
mutu, kesinambungan/keberlanjutan sarana, keberpihakan pada masyarakat miskin,
kesetaraan jender dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pelaksanaanya,
program PAMSIMAS terdiri dari 5 komponen yaitu :
1.
Komponen Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan
Kelembagaan
2. Komponen Praktek Higienis dan
Pelayanan Sanitasi
3. Komponen Penyediaan Sarana Air
Minum dan Sanitasi Umum
4. Komponen Hibah Pengembangan
Sosial-Ekonomi Desa
5.
Komponen Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek
Adapun kriteria pemilihan desa/kelurahan dalam
pemberian bantuan PAMSIMAS adalah sebagai berikut :
NO.
|
KOMPONEN KRITERIA
|
BOBOT
|
1.
|
Jumlah Masyarakat Miskin
|
30
|
2.
|
Cakupan Layanan Air Bersih
|
30
|
3.
|
Cakupan Layanan Sanitasi
|
10
|
4.
|
Jumlah Penduduk Desa
|
10
|
5.
|
Kasus Penyakit Diare
|
20
|
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Gorontalo, 2014
2.2.2 Sistem
Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung
Keputusan (Decision Support Systems disingkat
DSS) adalah bagian dari sistem informasi
berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen
pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang
mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah
semi-terstruktur yang spesifik. (Wikipedia Indonesia (2007) dalam Andayati
2010).
Tujuan pembentukan SPK
yang efektif adalah memanfaatkan keunggulan kedua unsur, yaitu manusia dan
perangkat elektronik. Terlalu banyak menggunakan komputer akan menghasilkan
pemecahan yang bersifat mekanis, reaksi yang tidak fleksibel, dan keputusan
yang dangkal. Sedangkan terlalu banyak manusia akan memunculkan reaksi yang
lamban, pemanfaatan data yang serba terbatas, dan kelambanan dalam mengkaji
alternatif yang relevan. Guna membantu mempercepat dan mempermudah proses
pengambilan keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan.
Tujuannya adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif
keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi yang diperoleh/tersedia
dengan menggunakan model pengambil keputusan. (Andayati : 2010)
Berdasarkan
uraian diatas, sistem keputusan tidak bisa dipisahkan dari sistem fisik maupun
sistem informasi. Kompleksitas sistem secara fisik menuntut adanya sistem
keputusan yang komplek pula. Ciri utama dari sistem pendukung keputusan adalah
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur. Untuk
menghasilkan keputusan yang baik didalam sistem pendukung keputusan, perlu
didukung oleh informasi dan fakta-fakta yang berkualitas antara lain :
a.
Aksebilitas
Berkaitan dengan kemudahan
mendapatkan informasi, informasi akan lebih berarti bagi pemakai kalau
informasi tersebut mudah didapat.
b.
Kelengkapan
Berkaitan dengan kelengkapan
isi informasi, dalam hal ini isi tidak menyangkut hanya volume tetapi juga
kesesuaian dengan harapan pemakai sehingga seringkali kelengkapan ini sulit
diukur secara kuantitatif.
c.
Ketelitian
Berkaitan dengan
tingkat kesalahan yang mungkin di dalam pelaksanaan pengolahan data dalam
jumlah (volume) besar.
d.
Ketepatan
Berkaitan dengan
kesesuaian antara informasi yang dihasilkan dengan kebutuhan pemakai.
e.
Ketepatan Waktu
Kualitas informasi juga
sangat ditentukan oleh ketepatan waktu penyampaian dan aktualisasinya.
f.
Kejelasan
Berkaitan dengan bentuk
atau format penyampaian informasi.
g.
Fleksibilitas
Berkaitan dengan tingkat adaptasi
dari informasi yang dihasilkan terhadap kebutuhan berbagai keputusan yang akan
diambil dan terhadap sekelompok pengambil keputusan yang berbeda.
2.2.3 Karakteristik
Sistem Pendukung Keputusan
Menurut
Turban (2005), Karakteristik dan kapabilitias kunci dari Sistem Pendukung
Keputusan adalah sebagai berikut :
1. Dukungan
untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur.
2. Dukungan
untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.
3. Dukungan
untuk individu dan kelompok.
4. Dukungan
untuk semua keputusan independen dan sekuensial.
5. Dukungan di semua fase proses pengambilan
keputusan : intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi.
6. Dukungan
pada berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7. Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat
dimana pengambil keputusan dapat menghadapi
masalah-masalah baru dan pada saat yang
sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap
kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.
8. Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly,
kapabilitas grafis yang kuat dan sebuah bahasa interaktif yang alami.
9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan
(akurasi, time lines, kualitas) dari
pada efisiensi (biaya).
10. Pengambil
keputusan mengontrol penuh semua langkah proses
pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah.
11. Pengguna
akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi situasi pengambilan keputusan.
12. Menggunakan
model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan keputusan.
13. Disediakannya
akses untuk berbagai sumber data, format dan tipe, mulai dari sistem informasi
geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
14. Dapat
dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil
keputusan pada satu lokasi atau di distribusikan di satu organisasi keseluruhan
dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan.
2.2.4 Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Menurut (Turban
2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari 4 subsistem yaitu :
1. Manajemen Data, meliputi basis data yang
berisi data-data yang relevan dengan keadaan dan dikelola oleh perangkat lunak
yang disebut Database Management System (DBMS).
2. Manajemen Model berupa sebauh paket perangkat
lunak yang berisi model-model finansial, statistik, management science, atau
model kuantitatif yang menyediakan
kemampuan analisa dan perangkat lunak
manajemen yang sesuai.
3. Subsistem Dialog atau komunikasi, merupakan
subsistem yang dipakai oleh user untuk berkomunikasi dan memberi perintah
(menyediakan user interface).
4. Manajemen Knowledge yang mendukung subsistem
lain atau berlaku sebagai komponen yang berdiri sendiri.
Gambar 2.1
Model Konseptual Sistem Pendukung Keputusan
2.2.5 Konsep Dasar Multiple Attribute Decision Making (MADM)
MADM adalah salah satu
metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif
dengan kriteria-kriteria tertentu. Inti dari Multiple Attribute Decision
Making (MADM) adalah menentukan nilai bobot untuk setiap
atribut/kriteria, yang kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan
menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 (tiga)
pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif,
pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif.
Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan
subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil
keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa
ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot
dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil
keputusan (Kusumadewi, dkk, 2006).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah MADM antara lain (Kusumadewi, dkk, 2006) :
a.
Simple
Additive Weighting Method (SAW)
b.
Weighted
Product (WP)
c.
Electre
d.
Technique
for Order Preference by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS)
e.
Analytic
Hierarchy Process (AHP)
2.2.6 Technique
for
Order Preference
by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS)
TOPSIS (Technique for Order
Preference by Similarity to Ideal
Solution) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria
yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang
(1981). Metode TOPSIS
didasarkan
pada konsep dimana alternatif
terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga
memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal
negatif. Solusi ideal positif didefinisikan
sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut/kriteria, sedangkan solusi
ideal negatif
terdiri
dari seluruh nilai terburuk
yang dicapai untuk setiap atribut/kriteria.
TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan
relatif terhadap solusi
ideal
positif Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan
untuk menyelesaikan
pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini
disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan
memiliki kemampuan
mengukur
kinerja relative dari
alternatif-alternatif
keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana (Kusumadewi, 2006).
Langkah-langkah dalam melakukan
perhitungan dengan
metode TOPSIS (Kusumadewi, 2006)
adalah :
1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi.
2.
Membuat matriks
keputusan
yang ternormalisasi terbobot
dengan mengalikan bobot wi dengan rating kerja rij yang akan
menghasilkan matriks yij, berdasarkan Persamaan (2.2)
; dengan i=1,2,...,m;dan j=1,2,...,n. ……....
Menentukan matriks solusi ideal positif (A+) dan matriks solusi ideal negatif (A-) berdasarkan rating bobot ternormalisasi yij.
persamaan (2.4)
j=1,2,…n.
3
Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal
positif dan matriks solusi ideal negatif.
Jarak antara alternatif Ai dengan solusi
ideal positif dirumuskan dalam
persamaan (2.5)
Jarak
antara alternatif
Ai dengan
solusi ideal negative
Persamaan (2.6)
Nilai Vi yang lebih besar menunjukan bahwa alternatif
Ai lebih dipilih. Atau dengan kata lain, nilai Vi yang paling besar dapat dipilih sebagai alternatif yang terbaik.
1. Mengalikan
seluruh atribut bagi sebuah alternatif dengan bobot sebagai pangkat positif
untuk atribut manfaat dan bobot berfungsi sebagai pangkat negatif pada atribut
biaya,
2.
Hasil perkalian dijumlahkan untuk
menghasilkan nilai pada setiap alternatif,
3. Mencari
nilai alternatif dengan melakukan langkah yang sama seperti langkah satu, hanya
saja menggunakan nilai tertinggi untuk setiap atribut tertinggi untuk setiap
atribut manfaat dan terendah untuk atribut biaya,
4. Membagi
nilai V bagi setiap alternatif dengan nilai standar (V(A*)) yang menghasilkan
R,
5. Ditemukan urutan alternatif terbaik yang
akan menjadi keputusan.
2.2.5 Penerapan Metode Topsis
Berikut contoh
penerapan Metode TOPSIS (Technique
for
Order Preference by Similarity to Ideal
Solution) :
Suatu
perusahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ingin membangun sebuah gudang
yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sementara hasil produksinya.
Ada 3 lokasi yang menjadi alternatif, yaitu : A1 =
Ngemplak, A2 = Kalasan, A3 = Kota Gedhe. Ada 5 Kriteria
yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu :
-
C1 = Jarak dengan pasar
terdekat (km)
-
C2 = Kepadatan
penduduk di sekitar lokasi (orang/km2)
-
C3 = Jarak dari pabrik (km)
-
C4 = Jarak dengan gudang yang
sudah ada (km)
-
C5 = Harga tanah untuk lokasi
(x1000 Rp/m2)
Tabel 2.1
Rating Kecocokan Dari Setiap Alternatif Pada
Setiap Kriteria
Alternatif
|
Kriteria
|
||||
C1
|
C2
|
C3
|
C4
|
C5
|
|
A1
|
0,75
|
2000
|
18
|
50
|
500
|
A2
|
0,50
|
1500
|
20
|
40
|
450
|
A3
|
0,90
|
2050
|
35
|
35
|
800
|
Kriteria
C2 (kepadatan penduduk disekitar lokasi) dan C4 (jarak
dengan gudang yang sudah ada) adalah kriteria keuntungan; sedangkan kriteria C1
(jarak dengan pasar terdekat), C3 (jarak dari pabrik), dan C5
(harga tanah untuk lokasi) adalah kriteria biaya. Pengambilan keputusan
memberikan bobot preferensi masing-masing kriteria dengan urutan W = (5, 3, 4,
4, 2).
Untuk menyelesaikan kasus diatas dilakukan
tahapan sebagai berikut :
1.
Pertama-tama dihitung terlebuh dahulu,
matriks keputusan ternormalisasi berdasarkan persamaan 2.1, sebagai berikut :
r11=
r21=
r31=
r12=
r22=
r32=
dan
seterusnya. Terakhir diperoleh matriks ternormalisasi R
2.
Membuat
matriks keputusan yang
ternormalisasi
terbobot dengan mengalikan bobot wi dengan rating kerja rij yang akan
menghasilkan matriks yij, berdasarkan Persamaan 2.2
Dan
seterusnya, hingga diperoleh matriks Y
3.
a. Menentukan matriks solusi ideal positif (A+)
dengan menggunakan persamaan 2.3
y+1
= min{2,9440; 1,9627; 3,532} = 1,9627
y+2
= max{1,8558; 1,3919; 1,9022} = 1,9022
y+3
= min{1,6309; 1,8121; 3,1712} = 1,6309
y+4
= max{2,7408; 2,1926; 1,9185} = 2,7408
y+5
= min{0,9567; 0,8611; 1,5308} = 0,8611
A+
= {1,9627; 1,9022; 1,6309; 2,7408; 0,8611}
b.
Menentukan matriks solusi ideal
negetif (A-) dengan menggunakan persamaan 2.4
y-1
= max{2,9440; 1,9627; 3,532} = 2,9440
y-2
= min{1,8558; 1,3919; 1,9022} = 1,3919
y-3
= max{1,6309; 1,8121; 3,1712} = 3,1712
y-4
= min{2,7408; 2,1926; 1,9185} = 1,9185
y-5
= max{0,9567; 0,8611; 1,5308} = 1,5308
A-
= {2,9440; 1,3919; 3,1712; 1,9185; 1,5308}
4.
a. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif Ai
dengan matriks solusi ideal positif Si+ dengan menggunaan persamaan
2.5
= 0,9871
= 0,7706
= 2,4418
b.
Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif Ai dengan matriks solusi ideal
negatif Si- dengan
menggunaan persamaan 2.6
=
1,9849
=
2,1991
= 0,5104
5.
Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) dengan menggunakan Persamaan 2.7
Dari nilai V ini dapat
dilihat bahwa V2 memiliki nilai terbesar sehingga dapat disimpulkan
bahwa alternative kedua yang akan lebih dipilih. Dengan kata lain, Kalasan akan
terpilih sebagai lokasi untuk mendirikan gudang baru.
2.2.8 Siklus
Hidup Pengembangan Sistem
Proses
pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem itu
direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan
dipelihara. Bila operasi yang sudah dikembangkan masih timbul kembali
permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan,
maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini
kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan sistem. Siklus ini
disebut dengan siklus hidup suatu sistem (systems
life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan
suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan
langkah-langkah didalam tahapan tersebut dalam proses pengembangannya. Berikut
langkah-langkah yang digunakan :
Gambar 2.2
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
2.2.8.1 Perencanaan Sistem
Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi
dilakukan oleh manajemen puncak karena menginginkan untuk meraih
kesempatan-kesempatan yang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem lama atau
sistem yang lama mempunyai banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki.
Setelah manajemen puncak menetapkan kebijakan untuk mengembangkan sistem
informasi, sebelum sistem ini sendiri dikembangkan, maka perlu direncanakan
terlebih dahulu dengan cermat. Perencanaan sistem ini menyangkut estimasi dari
kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerja, dan dana yang dibutuhkan untuk
mendukung pengembangan sistem ini serta untuk mendukung operasinya setelah
diterapkan.
Selama
fase perencanaan sistem, hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
1.
Faktor-Faktor Kelayakan (Feasibility Factors)
yang berkaitan dengan kemungkinan
berhasilnya sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan.
2.
Faktor-Faktor Strategis (Strategic Factors)
yang berkaitan dengan pendukung
sistem informasi dari sasaran bisnis dipertimbangkan untuk setiap proyek yang
diusulkan. Nilai-nilai yang dihasilkan dievaluasi untuk menentukan proyek
sistem mana yang akan menerima prioritas yang tertinggi.
2.2.8.2
Analisis Sistem
Menurut Kusrini
(2007), tahapan analisis sistem dimulai karena adanya permintaan terhadap
sistem baru. Permintaan bisa datang dari seorang Pimpinan/Manajer di luar
departemen sistem informasi yang melihat adanya masalah atau menemukan adanya
peluang baru. Namun, adakalanya inisiatif pengembangan sistem baru berasal dari
bagian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem informasi. Tujuan
utama dari analisis sistem adalah menentukan hal-hal secara detail yang akan
dikerjakan oleh sistem yang diusulkan.
Dalam menganalisis sistem pendukung keputusan akan
dilakukan langkah-langkah pembuatan model, yaitu :
1.
Proses studi kelayakan yang terdiri dari
penentuan sasaran, pencarian prosedur, pengumpulan data, identifikasi masalah,
identifikasi epemilikan masalah, hingga akhirnya terbentuk sebuah pernyataan
masalah.
2.
Proses perancangan model. Dalam tahapan
ini akan diformulasikan model yang akan digunakan serta kriteria-kriteria yang
ditentukan. Setelah itu, dicari alternatif model yang bias menyelesaikan
permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah memprediksi keluaran yang
mungkin. Berikutnya, tentukan variabel-variabel model. Setelah beberapa
altenatif model diberikan, pada tahap ini akan ditentukan satu model yang akan
digunakan dalam sistem pendukung keputusan yang akan dibangun.
Di dalam tahap
analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis
sistem, adalah sebagai berikut :
a.
Identify,
mengidentifikasi
(mengenal) masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap
analisis sistem. Masalah dapat di definisikan sebagai suatu pertanyaan yang di
inginkan untuk dipecahkan. Tahap identifikasi masalah sangat penting karena
akan menentukan keberhasilan pada langkah-langkah selanjutnya.
b.
Understand,
adalah
memahami kerja dari sistem yang ada. Langkah ini dapat dilakukan dengan
mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi. Untuk
mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan
cara melakukan penelitian.
c.
Analyze,
menganalisis
sistem tanpa report.
d.
Report,
yaitu membuat laporan hasil analisis. Tujuan utama dari pembuatan laporan hasil
analisis yaitu pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan.
2.2.8.3
Desain Sistem
Dalam desain
sistem, dibutuhkan alat bantu desain. Dalam tahapan ini, pengembang sistem bisa
menentukan arsitektur sistemnya, merancang gambaran konseptual sistem,
merancang database, perancangan interface, hingga membuat flowchart program.
Salah satu alat bantu yang bisa digunakan dalam pembuatan sistem bantu
keputusan adalah Data Flow Diagram (DFD).
DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan
asal data dan tujuan data yang keluar dari sistem, tempat penyimpanan data,
proses apa yang menghasilkan data tersebut, serta interaksi antara data yang
tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut.
Menurut John Burch dan Gary Grudnitski, desain sistem
dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa
atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang
utuh dan berfungsi. (Jogiyanto : 2005 : 196)
Tahap desain sistem mempunyai dua tujuan utama :
1.
Untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai
sistem.
2.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan
rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik
lainnya.
Desain sistem dibagi
dalam dua bagian, yaitu desain sistem secara umum (general systems design) dan desain sistem terinci (detailed systems design).
1.
Desain
Sistem Secara Umum (general systems design)
Pada tahap desain secara umum, komponen-komponen sistem
informasi yang dirancang dengan tujuan dikomunikasikan kepada user bukan untuk
pemrograman. Komponen sistem informasi yang di desain adalah model, output,
input, database, teknologi, dan kontrol. (Jogiyanto : 2005 : 211)
a. Desain
Model Secara Umum
Analisis sistem dapat
mendesain model dari sistem informasi yang di
usulkan dalam bentuk physical sistem
dan logical model. Bagan alir sistem
merupakan alat yang tepat digunakan untuk menggambarkan physical systems, logical model dapat digambar dengan diagram arus
data. (Jogiyanto : 2005 : 211)
Bagan alir sistem
merupakan bagan yang menunjukan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem.
Bagan alir sistem digambar dengan simbol-simbol sebagai berikut :
Tabel
2.2
Daftar Simbol Bagan Alir Dokumen
NO
|
NAMA SIMBOL
|
SIMBOL
|
KETERANGAN
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Simbol
Terminal
Simbol
Dokumen
Simbol
Kegiatan Manual
Simbol
Simpanan Offline
Simbol
Kartu Plong
Simbol
Proses
Simbol Operasi Luar
Simbol
Pengurutan Offline
|
|
Menunjukkan untuk memulai dan mengakhiri
Suatu
proses
Menunjukkan
dokumen input dan output baik itu proses manual, mekanik, atau komputer
Menunjukan
pekerjaan manual
Menunjukkan file non-komputer
yang diarsip urut angka (numerical),
huruf (alphabetical), atau tanggal
(chronological)
Menunjukkan input dan output
yang menggunakan kartu plong (punched card).
Menunjukkan
kegiatan proses dari operasi program komputer
Menunjukkan operasi yang dilakukan di luar proses operasi komputer
Menunjukkan
proses urut data di luar proses komputer. operasi luar, menunjukkan operasi
yang dilakukan di luar proses operasi komputer
|
NO
|
NAMA
SIMBOL
|
SIMBOL
|
KETERANGAN
|
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
|
Simbol
Pita Magnetik
Simbol
Hard Disk
Simbol
Diskette
Simbol
Drum Magnetik
Simbol
Pita Kertas Berlubang
Simbol
Keyboard
Simbol
Display
Simbol
Pita Kontrol
Simbol Hubungan Komunikasi
|
|
Menunjukkan input dan output
menggunakan pita magnetic.
Menunjukkan
input dan output menggunakan harddisk
Menunjukkan
input dan output menggunakan diskette
Menunjukkan input dan output menggunakan drum magnetik
Menunjukkan input dan output menggunakan pita kertas berlubang.
Menunjukkan
input yang menggunakan on-line keyboard
Menunjukkan
output yang ditampilkan di monitor.
Menunjukkan penggunaan pita kontrol
(control tape) dalam batch control total untuk pencocokan
di proses batch processing.
Menunjukkan proses transmisi
data melalui channel komunikasi.
|
NO
|
NAMA
SIMBOL
|
SIMBOL
|
KETERANGAN
|
18.
19.
20.
21.
|
Simbol Hubungan Komunikasi
Simbol Garis Alir
Simbol Penjelasan
Simbol
Penghubung
|
|
Menunjukkan proses transmisi
data melalui channel komunikasi.
Menunjukkan
arus dari proses
Menunjukkan
penjelasan dari suatu proses
Menunjukkan penghubung ke
halaman yang masih sama atau ke halaman yang lain
|
Sumber: Jogiyanto HM, 2005 : 802
Untuk
mempermudah penggambaran suatu sistem yang ada atau sistem yang baru yang akan
dikembangkan secara logika dan tanpa memperhatikan lingkungan fisik data
tersebut mengalir atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan,
maka digunakan Diagram Arus Data (DAD) atau Data
Flow Diagram (DFD).
Tabel
2.3
Daftar Simbol Diagram Alir Dokumen
Simbol proses, menunjukan
transformasi dari masukan menjadi keluaran
External Entity, merupakan
kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi
atau sistem lain yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan
input serta menerima output dari sistem
Aliran atau arus data,
menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari suatu bagian ke
bagian yang lain, dimana penyimpanan mewakili lokasi penyimpanan data.
Penyimpanan, digunakan untuk
memodelkan kumpulan data atau paket data
|
(Sumber : Jogiyanto :
2005 : 700-807)
b. Desain
Output Secara Umum
Output adalah
produk dari sistem informasi yang dapat dilihat. Output terdiri dari
macam-macam jenis seperti hasil di media kertas, dan hasil di media lunak.
Disamping itu output dapat berupa hasil dari suatu proses yang akan digunakan
oleh proses lain dan tersimpan di suatu media seperti tape, disk, atau kartu.
Yang dimaksud dengan output pada tahap desain ini adalah output yang berupa
tampilan di media kertas atau di layar video. (Jogiyanto : 2005 : 213)
c. Desain Input Secara Umum
Alat input dapat
digolongkan ke dalam 2 golongan, yaitu alat input langsung (online input device) dan alat input tidak langsung (offline input device). Alat input
langsung merupakan alat input yang langsung dihubungkan dengan CPU, sedangkan
alat input tidak langsung adalah alat input yang tidak langsung dihubungkan
dengan CPU. (Jogiyanto : 2005 : 214)
d. Desain
Database Secara Umum
Basis data
(database) adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, tersimpan diluar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu untuk
memanipulasinya. Sistem basis data adalah suatu sistem informasi yang
mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di
dalam suatu organisasi. (Jogiyanto : 2005 : 217)
2. Desain
Sistem Secara Rinci (Detailed systems design)
a. Desain
Output Terinci
Desain output
terinci dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa bentuk
output-output dari sistem yang baru. Desain output terinci terbagi atas dua,
yaitu desain output berbentuk laporan di media kertas dan desain output dalam
bentuk dialog di layar terminal. (Jogiyanto : 2005 : 362)
1. Desain
output dalam bentuk laporan : dimaksudkan untuk menghasilkan output dalam
bentuk laporan dimedia kertas. Bentuk laporan yang paling banyak digunakan
adalah dalam bentuk tabel dan berbentuk grafik atau bagan. (Jogiyanto : 2005 :
362)
2. Desain
output dalam bentuk dialog layar terminal : merupakan rancang bangun dari
percakapan antara pemakai sistem atau user dengan komputer. Percakapan ini
dapat terdiri dari proses memasukkan data ke sistem, menampilkan output
informasi kepada user, atau keduanya.
b. Desain
Input Terinci
Masukan merupakan awal dimulainya proses informasi. Bahan
mentah dari informasi adalah data yang terjadi dari transaksi-transaksi yang
dilakukan oleh organisasi. Data hasil dari transaksi merupakan masukan untuk
sistem informasi. Hasil dari sistem informasi tidak lepas dari data yang
dimasukan. Desain input terinci dimulai dari desain dokumen dasar sebagai
penangkap input yang pertama kali. Jika dokumen dasar tidak di desain dengan
baik, kemungkinan input yang tercatat dapat salah bahkan kurang. (Jogiyanto :
2005 : 375)
Fungsi dokumen dasar dalam penanganan arus data :
1.
Dapat menunjukkan macam dari data yang
harus dikumpulkan dan ditangkap.
2.
Dapat dicatat dengan jelas, konsisten,
dan akurat.
3.
Dapat mendorong lengkapnya data,
disebabkan data yang dibutuhkan disebutkan satu persatu di dalam dokumen dasarnya.
c. Desain
Database Terinci
Database
merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
tersimpan di simpanan luar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu
untuk memanipulasinya. Database merupakan salah satu komponen yang penting di
dalam sistem informasi, karena berfungsi sebagai basis penyedia informasi bagi
para pemakainya. Penerapan database dalam sistem informasi disebut database system. (Jogiyanto : 2005 :
400)
2.2.8.4
Seleksi Sistem
Tahap ini
merupakan tahap untuk memilih perangkat yang akan digunakan untuk sistem
informasi. Pengetahuan dibutuhkan oleh pemilih sistem diantaranya adalah
pengetahuan tentang siapa yang menyediakan teknologi ini, cara pemilikannya,
dan sebagainya. Pemilihan sistem yang harus paham dengan teknik-teknik evaluasi
untuk menyelesaikan sistem.
2.2.8.5
Implementasi Sistem
Menurut Kusrini (2007), Implementasi sistem merupakan
tahapan untuk meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Pada tahapan
ini terdapat banyak aktifitas yang dilakukan, yaitu :
1.
Pemrograman dan pengetesan program
Pemrograman
merupakan kegiatan menulis program yang akan dieksekusi oleh komputer. Kode
program harus berdasarkan dokumentasi yang disediakan oleh analis sistem hasil
dari desain sistem.
2.
Instalasi perangkat keras dan lunak
Proses
pemasangan perangkat keras dan instalasi perangkat lunak yang sudah ada.
3.
Pelatihan kepada pemakai
Manusia
merupakan faktor yang diperlukan dalam sistem informasi. Jika ingin sukses
dalam sistem informasi, maka personil-personil yang terlibat harus diberi
pengertian dan pengetahuan tentang sistem informasi dan posisi serta tugas
mereka.
4.
Pembuatan dokumentasi
Dokumentasi
adalah melakukan pencatatan terhadap setiap langkah pekerjaan pembuatan sebuah
program yang dilakukan dari awal sampai selesai.
2.2.8.6 Perawatan Sistem
Perawatan sistem
informasi adalah suatu upaya untuk memperbaiki, menjaga, menanggulangi,
mengembangkan sistem yang ada. Perawatan ini di perlukan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kinerja sistem yang ada agar dalam penggunaannya
dapat optimal. Beberapa alasan mengapa kita perlu memelihara sistem yang ada yaitu:
agar dapat meningkatkan sistem / kinerja sistem, dan menyesuaikan dengan
perkembangan, agar sistem yang ada tidak tertinggal.
Aplikasi yang
professional dalam SDLC dan teknik maupun perangkat modeling yang mendukungnya
adalah hal-hal keseluruhan yang terbaik yang dapat seseorang lakukan untuk meningkatkan
maintainabilitas sistem.
Jenis – jenis perawatan
sistem meliputi :
- Perawatan
korektif : adalah pemeliharaan yang mengkoreksi kesalahan – kesalahan yang
ditemukan pada sistem, pada saat sistem di jalankan / berjalan.
-
Pemeliharaan adaptif : yaitu
pemelihaaan yang bertujuan untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi.
-
Pemeliharaan perfektif : pemeliharaan
ini bertujuan untuk meningkatkan cara kerja suatu sistem.
-
Pemeliharaan preventif : pemeliharaan
ini bertujuan untuk menangani masalah – masalah yang ada.
2.2.9 Teknik
Pengujian Sistem
Pengujian sistem
adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan mempresentasikan
kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean. Tujuan dari pengujian ini adalah
diharapkan dengan minimal tenaga dan waktu untuk menemukan berbagai potensi
kesalahan dan cacat. Harus didasarkan pada kebutuhan berbagai tahap
pengembangan, desain dan dokumen lain atau program yang dirancang untuk menguji
struktur internal, dan menggunakan contoh-contoh ini untuk menjalankan program
untuk mendeteksi kesalahan. Pengujian sistem informasi harus mencakup pengujian
perangkat lunak, pengujian perangkat keras dan pengujian jaringan. Pengujian
hardware, jaringan pengujian berdasarkan indikator kinerja spesifik yang akan
digunakan di sini pengujian lebih jauh adalah pengujian perangkat lunak.
2.2.9.1
White Box
Pengujian
white-box (glass box), adalah metode
desain test case yang menggunakan
struktur kontrol desain prosedural untuk memperoleh test case. Dengan menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat melakukan test case untuk memberikan jaminan bahwa :
-
Semua jalur independen pada suatu modul
ditelusuri minimal 1 (satu) kali.
-
Semua jalur keputusan logis True/False dilalui.
-
Semua loop dieksekusi pada batas yang tercantum dan batas operasionalnya.
-
Struktur data internal digunakan agar
validitas terjamin.
Gambar 2.3 Contoh
Bagan
Alir
Gambar 2.4 Contoh Grafik Alir
Keterangan :
-
Node
adalah lingkaran yang merepresentasikan satu atau lebih statemen prosedural.
-
Edge
adalah anak panah pada grafik alir.
-
Region
adalah area yang membatasi edge dan node.
-
Simpul Predikat adalah simpul atau node
yang berisi kondisi yang ditandai dengan dua atau lebih edge yang berasal
darinya.
Dari gambar flowgraph
di atas didapat :
Path
1 = 1 – 11
Path 2 = 1 –
2 – 3 – 4 – 5 – 10 – 1 – 11
Path
3
= 1
– 2 – 3 – 6 – 8 – 9 – 10 – 1 – 11
Path
4
= 1
– 2 – 3 – 6 – 7 – 9 – 10 – 1 – 11
Path
1,2,3,4
yang
telah
didefinisikan
diatas merupakan basis
set untuk diagram
alir.
Cyclomatic complexity
digunakan untuk mencari
jumlah path dalam
satu flowgraph.
Dapat dipergunakan
rumusan
sebagai berikut :
1. Jumlah
region grafik alir
sesuai dengan cyclomatic complexity.
2. Cyclomatix complexity V(G)
untuk grafik alir
dihitung
dengan rumus :
V(G) = E – N + 2 …………………. (2.8)
Dimana :
E = jumlah edge pada grafik alir
N = jumlah
node
pada
grafik alir
Cyclomatix complexity V(G)
juga
dapat dihitung dengan
rumus :
V(G) = P + 1 ………………….. (2.9)
Dimana P = jumlah predicate
node pada grafik alir
Dari Gambar di atas dapat dihitung cyclomatic complexity:
1. Flowgraph mempunyai 4 region
2. V(G)
= 11 edge – 9 node +
2 = 4
3. V(G)
= 3 predicate node
+ 1 = 4
Jadi cyclomatic complexity untuk flowgraph
adalah 4.
2.2.9.2 Black Box
Pengujian Black-Box berusaha menemukan kesalahan
dalam kategori :
-
Fungsi tidak benar atau hilang.
-
Kesalahan antar muka.
-
Kesalahan pada struktur data
(pengaksesan basis data).
-
Kesalahan inisialisasi dan akhir program.
-
Kesalahan performasi.
Pengujian ini berfokus
pada persyaratan fungsional perangkat lunak dan merupakan komplemen dari
pengujian White-Box. Hal ini dapat
dicapai melalui :
a. Pengujian Graph-based: dimulai dengan
membuat grafik sekumpulan node yang mempresentasikan objek (misal New File, Layar baru dengan atributnya),
link (hubungan antar objek), node-weight
(misal nilai data tertentu seperti atribut layar, perilaku), dan link-weight
(karakteristik suatu link, misal menu select).
b. Equivalence
Partitioning: membagi domain input untuk pengujian
agar diperoleh kelas-kelas kesalahan (misal kelompok data karakter, atau
atribut yang lain).
c. Analisis Nilai Batas: pengujian
berdasarkan nilai batas domain input.
d. Pengujian Perbandingan: disebut juga
pengujian back-to-back yang
diterapkan pada pada suatu versi perangkat lunak atau perangkat lunak redundan
untuk memastikan konsistensinya.
- Tersedia
fasilitas penunjang seperti komputer di Unit tersebut.
- Dibutuhkan
sistem penunjang keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS.
|
Peluang
|
1. Bagaimana
cara merekayasa sebuah Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS menggunakan
Metode TOPSIS ?
2. Apakah
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS yang telah
direkayasa dapat diimplementasikan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
?
|
Masalah
|
Sistem pendukung Pemberian Bantuan PAMSIMAS dengan Metode TOPSIS
pada Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
|
Solusi
|
-
Sistem
berjalan.
-
Sistem
yang di usulkan.
|
Analisa
Sistem
|
-
Desain
Output.
-
Desain
Input.
-
Desain
Database.
-
Desain
Teknologi.
-
Desain
Model.
|
Desain
Sistem
|
Pembangunan
Sistem
|
-
White
Box.
-
Black
Box.
|
Pengujian
|
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
|
Implementasi
|
1.
Untuk mengetahui cara merekayasa sebuah Sistem
Pendukung Pemberian Bantuan PAMSIMAS dengan menggunakan metode TOPSIS
pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.
2.
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS yang
telah direkayasa dapat diimplementasikan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.
|
Tujuan
|
Gambar 2.5
Kerangka Pikir
0 komentar:
Posting Komentar