Senin, 19 Januari 2015


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Tinjauan Studi
Beberapa penelitian sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Multiple Attribute Decission Making (MADM) untuk membantu pihak terkait dalam pengambilan keputusan.
1.     
7
Penelitian yang dilakukan oleh Nuri Guntur, dkk Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Beasiswa Kepada Peserta Didik Baru Menggunakan Metode TOPSIS. Banyaknya pemohon beasiswa, menjadi tantangan tersendiri bagi pihak pengelola lembaga pendidikan untuk dapat memberikan suatu keputusan yang tepat, efektif dan efisien dalam pengelolaan data penerima besiswa yang benar-benar berhak menerima beasiswa. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution(TOPSIS) merupakan suatu metode yang memiliki konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.Kriteria yang digunakan dalam sistem ini beragam, sesuai dengan beasiswa yang disediakan oleh pihak lembaga. Data nilai pemohon yang telah dimasukkan kedalam sistem akan dihitung menggunakan metode TOPSIS, dengan mencari jarak terjauh dan terdekat dari solusi ideal positif dan negatif. Pemohon dengan nilai v tertinggi akan menempati urutan teratas dalam sistem ini. Berdasarkan hasil contoh kasus seleksi menunjukan bahwa hasil perhitungan.
2.        Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari. (2013), yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bonus Pegawai pada Hotel Alamanda Klaten dengan Menggunakan Metode Weighted Product (WP). Dari penelitian ini didapatkan bahwa dengan menerapkan sistem pendukung keputusan pemberian bonus ini dapat mempercepat kinerja manajer dalam menentukan siapa saja pegawai yang layak menerima bonus pada setiap periodenya.
3.      Penerapan Metode  TOPSIS Untuk  Pemberian Bonus Karyawan Berprestasi Pada PT. Deltomed  Laboratories. Dalam  penelitian tersebut metode  Topsis  yang merupakan metode multi kriteria digunakan  untuk membantu bagian HRD pada PT. Deltomed Laboratories dalam  menentukan karyawan mana yang layak untuk mendapatkan bonus dengan  memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Pemberian bonus  karyawan  ini didasarkan pada beberapa kriteria yaitu:  prestasi kerja (tanggung  jawab, kualitas pekerjaan dan kecakapan kerja), kedisiplinan kerja (kedatangan dan ketepatan waktu), dan prilaku kerja.

2.2       Tinjauan Pustaka
2.2.1    PAMSIMAS
            Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
            Pendekatan program PAMSIMAS ini adalah dengan prinsip sebagai berikut; berbasis masyarakat, kemitraan, partisipatif, transparansi, tanggap kebutuhan, tepat mutu, kesinambungan/keberlanjutan sarana, keberpihakan pada masyarakat miskin, kesetaraan jender dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pelaksanaanya, program PAMSIMAS terdiri dari 5 komponen yaitu :
1.      Komponen Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan
2.      Komponen Praktek Higienis dan Pelayanan Sanitasi
3.      Komponen Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum
4.      Komponen Hibah Pengembangan Sosial-Ekonomi Desa
5.      Komponen Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek
Adapun kriteria pemilihan desa/kelurahan dalam pemberian bantuan PAMSIMAS adalah sebagai berikut :
NO.
KOMPONEN KRITERIA
BOBOT
1.
Jumlah Masyarakat Miskin
30
2.
Cakupan Layanan Air Bersih
30
3.
Cakupan Layanan Sanitasi
10
4.
Jumlah Penduduk Desa
10
5.
Kasus Penyakit Diare
20
  Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo, 2014

2.2.2    Sistem Pendukung Keputusan
            Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik. (Wikipedia Indonesia (2007) dalam Andayati 2010).
Tujuan pembentukan SPK yang efektif adalah memanfaatkan keunggulan kedua unsur, yaitu manusia dan perangkat elektronik. Terlalu banyak menggunakan komputer akan menghasilkan pemecahan yang bersifat mekanis, reaksi yang tidak fleksibel, dan keputusan yang dangkal. Sedangkan terlalu banyak manusia akan memunculkan reaksi yang lamban, pemanfaatan data yang serba terbatas, dan kelambanan dalam mengkaji alternatif yang relevan. Guna membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi yang diperoleh/tersedia dengan menggunakan model pengambil keputusan. (Andayati : 2010)
            Berdasarkan uraian diatas, sistem keputusan tidak bisa dipisahkan dari sistem fisik maupun sistem informasi. Kompleksitas sistem secara fisik menuntut adanya sistem keputusan yang komplek pula. Ciri utama dari sistem pendukung keputusan adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur. Untuk menghasilkan keputusan yang baik didalam sistem pendukung keputusan, perlu didukung oleh informasi dan fakta-fakta yang berkualitas antara lain :


a.         Aksebilitas
Berkaitan dengan kemudahan mendapatkan informasi, informasi akan lebih berarti bagi pemakai kalau informasi tersebut mudah didapat.
b.        Kelengkapan
Berkaitan dengan kelengkapan isi informasi, dalam hal ini isi tidak menyangkut hanya volume tetapi juga kesesuaian dengan harapan pemakai sehingga seringkali kelengkapan ini sulit diukur secara kuantitatif.
c.         Ketelitian
Berkaitan dengan tingkat kesalahan yang mungkin di dalam pelaksanaan pengolahan data dalam jumlah (volume) besar.
d.        Ketepatan
Berkaitan dengan kesesuaian antara informasi yang dihasilkan dengan kebutuhan pemakai.
e.         Ketepatan Waktu
Kualitas informasi juga sangat ditentukan oleh ketepatan waktu penyampaian dan aktualisasinya.
f.         Kejelasan
Berkaitan dengan bentuk atau format penyampaian informasi.


g.        Fleksibilitas
Berkaitan dengan tingkat adaptasi dari informasi yang dihasilkan terhadap kebutuhan berbagai keputusan yang akan diambil dan terhadap sekelompok pengambil keputusan yang berbeda.

2.2.3    Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban (2005), Karakteristik dan kapabilitias kunci dari Sistem Pendukung Keputusan adalah sebagai berikut :
1.    Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semi  terstruktur dan tak terstruktur.
2.    Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.
3.    Dukungan untuk individu dan kelompok.
4.    Dukungan untuk semua keputusan independen dan sekuensial.
5.    Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan : intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi.
6.    Dukungan pada berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7.    Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat dimana pengambil  keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang  sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.
8.    Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat dan sebuah bahasa interaktif yang alami.
9.    Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi,  time lines, kualitas) dari pada efisiensi (biaya).
10. Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses  pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah.
11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi situasi pengambilan keputusan.
12. Menggunakan model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan keputusan.
13. Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
14. Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau di distribusikan di satu organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan.

2.2.4    Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan
            Menurut (Turban 2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari 4 subsistem yaitu :
1.    Manajemen Data, meliputi basis data yang berisi data-data yang relevan dengan keadaan dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut Database Management System (DBMS).
2.    Manajemen Model berupa sebauh paket perangkat lunak yang berisi model-model finansial, statistik, management science, atau model  kuantitatif yang menyediakan kemampuan analisa dan perangkat lunak  manajemen yang sesuai.
3.    Subsistem Dialog atau komunikasi, merupakan subsistem yang dipakai oleh user untuk berkomunikasi dan memberi perintah (menyediakan user interface).
4.    Manajemen Knowledge yang mendukung subsistem lain atau berlaku sebagai komponen yang berdiri sendiri.
 







Gambar 2.1 Model Konseptual Sistem Pendukung Keputusan
2.2.5    Konsep Dasar Multiple Attribute Decision Making (MADM) 
MADM adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria-kriteria tertentu. Inti dari Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut/kriteria, yang kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 (tiga) pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan (Kusumadewi, dkk, 2006).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah MADM antara lain (Kusumadewi, dkk, 2006) :
a.         Simple Additive Weighting Method (SAW)
b.        Weighted Product (WP)
c.         Electre
d.        Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
e.         Analytic Hierarchy Process (AHP)

2.2.6    Technique  for  Order  Preference  by  Similarity  to Ideal Solution (TOPSIS)
TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution merupaka sala sat metode   pengambila keputusan multikriteria  yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981).  Metode  TOPSIS  didasarkan  pada  konsep dimana  alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga  memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Solusi ideal positif didefinisikan  sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut/kriteria, sedangkan solusi  ideal  negatif  terdiri  dari  seluruh  nilai  terburuk  yang dicapai untuk setiap atribut/kriteria.
TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak  terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif    terhadap solusi ideal positif Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode  ini banyak digunakan untuk          menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini  disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan  memiliki kemampuan mengukur kinerja relative  dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana (Kusumadewi, 2006).
Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan dengan metode TOPSIS (Kusumadewi, 2006) adalah :
1.    Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi.
TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif Ai pada setiap  kriteria Ci yang ternormalisasi, berdasarkan Persamaan (2.1)

2.      Membuat  matriks  keputusan  yang  ternormalisasi  terbobot dengan mengalikan bobot wi  dengan rating kerja rij yang akan menghasilkan matriks yij, berdasarkan          Persamaan (2.2)    
      ; dengan i=1,2,...,m;dan j=1,2,...,n.  ……....
Menentukan matriks solusi ideal positif (A+) dan matriks solusi ideal negatif (A-) berdasarkan rating bobot ternormalisasi yij.
  persamaan (2.3)
                                                                                          persamaan (2.4)
Dengan :




                                    j=1,2,…n.
3        Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.
Jarak antara alternatif Ai  dengan solusi ideal positif dirumuskan dalam
persamaan (2.5)

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negative                      
Persamaan (2.6)

Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) dengan menggunkan persamaan (2.7)          
Nilai Vi  yang lebih besar menunjukan bahwa alternatif Ai  lebih  dipilih. Atau dengan kata lain, nilai V yang paling besar dapat dipilih sebagai alternatif yang terbaik.
1.    Mengalikan seluruh atribut bagi sebuah alternatif dengan bobot sebagai pangkat positif untuk atribut manfaat dan bobot berfungsi sebagai pangkat negatif pada atribut biaya,
2.    Hasil perkalian dijumlahkan untuk menghasilkan nilai pada setiap alternatif,
3.    Mencari nilai alternatif dengan melakukan langkah yang sama seperti langkah satu, hanya saja menggunakan nilai tertinggi untuk setiap atribut tertinggi untuk setiap atribut manfaat dan terendah untuk atribut biaya,
4.    Membagi nilai V bagi setiap alternatif dengan nilai standar (V(A*)) yang menghasilkan R,
5.   Ditemukan urutan alternatif terbaik yang akan menjadi keputusan.
2.2.5  Penerapan Metode  Topsis
Berikut contoh penerapan Metode TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) :
Suatu perusahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ingin membangun sebuah gudang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sementara hasil produksinya. Ada 3 lokasi yang menjadi alternatif, yaitu : A­­­1 = Ngemplak, A2 = Kalasan, A3 = Kota Gedhe. Ada 5 Kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu :

-        C1 = Jarak dengan pasar terdekat (km)
-        C2 = Kepadatan penduduk di sekitar lokasi (orang/km2)
-        C3 = Jarak dari pabrik (km)
-        C4 = Jarak dengan gudang yang sudah ada (km)
-        C5 = Harga tanah untuk lokasi (x1000 Rp/m2)
Tabel 2.1 Rating Kecocokan Dari Setiap Alternatif Pada Setiap Kriteria
Alternatif
Kriteria
C1
C2
C3
C4
C5
A1
0,75
2000
18
50
500
A2
0,50
1500
20
40
450
A3
0,90
2050
35
35
800

            Kriteria C2 (kepadatan penduduk disekitar lokasi) dan C4 (jarak dengan gudang yang sudah ada) adalah kriteria keuntungan; sedangkan kriteria C1 (jarak dengan pasar terdekat), C3 (jarak dari pabrik), dan C5 (harga tanah untuk lokasi) adalah kriteria biaya. Pengambilan keputusan memberikan bobot preferensi masing-masing kriteria dengan urutan W = (5, 3, 4, 4, 2).
Untuk menyelesaikan kasus diatas dilakukan tahapan sebagai berikut :
1.      Pertama-tama dihitung terlebuh dahulu, matriks keputusan ternormalisasi berdasarkan persamaan 2.1, sebagai berikut :
r11=
r21=
r31=
r12=
r22=
r32=
dan seterusnya. Terakhir diperoleh matriks ternormalisasi R

2.      Membuat  matriks  keputusan  yang  ternormalisasi  terbobot dengan mengalikan bobot wi  dengan rating kerja rij yang akan menghasilkan matriks yij, berdasarkan Persamaan 2.2
Dan seterusnya, hingga diperoleh matriks Y
3.      a. Menentukan matriks solusi ideal positif (A+) dengan menggunakan persamaan 2.3
y+1 = min{2,9440; 1,9627; 3,532} = 1,9627
y+2 = max{1,8558; 1,3919; 1,9022} = 1,9022
y+3 = min{1,6309; 1,8121; 3,1712} = 1,6309
y+4 = max{2,7408; 2,1926; 1,9185} = 2,7408
y+5 = min{0,9567; 0,8611; 1,5308} = 0,8611
A+ = {1,9627; 1,9022; 1,6309; 2,7408; 0,8611}
b. Menentukan matriks solusi ideal negetif (A-) dengan menggunakan persamaan 2.4
y-1 = max{2,9440; 1,9627; 3,532} = 2,9440
y-2 = min{1,8558; 1,3919; 1,9022} = 1,3919
y-3 = max{1,6309; 1,8121; 3,1712} = 3,1712
y-4 = min{2,7408; 2,1926; 1,9185} = 1,9185
y-5 = max{0,9567; 0,8611; 1,5308} = 1,5308
A- = {2,9440; 1,3919; 3,1712; 1,9185; 1,5308}

4.      a. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif Ai dengan matriks solusi ideal positif Si+ dengan menggunaan persamaan 2.5
 
= 0,9871
 
= 0,7706
 
= 2,4418
b. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif Ai dengan matriks solusi ideal negatif Si- dengan menggunaan persamaan 2.6
 
= 1,9849
 
= 2,1991
 
= 0,5104
5.      Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) dengan menggunakan Persamaan 2.7
Dari nilai V ini dapat dilihat bahwa V2 memiliki nilai terbesar sehingga dapat disimpulkan bahwa alternative kedua yang akan lebih dipilih. Dengan kata lain, Kalasan akan terpilih sebagai lokasi untuk mendirikan gudang baru.

2.2.8    Siklus Hidup Pengembangan Sistem
            Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Bila operasi yang sudah dikembangkan masih timbul kembali permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup suatu sistem (systems life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah didalam tahapan tersebut dalam proses pengembangannya. Berikut langkah-langkah yang digunakan :
                                                                                     
Gambar 2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
2.2.8.1  Perencanaan Sistem
            Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh manajemen puncak karena menginginkan untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem lama atau sistem yang lama mempunyai banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki. Setelah manajemen puncak menetapkan kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi, sebelum sistem ini sendiri dikembangkan, maka perlu direncanakan terlebih dahulu dengan cermat. Perencanaan sistem ini menyangkut estimasi dari kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerja, dan dana yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem ini serta untuk mendukung operasinya setelah diterapkan.
      Selama fase perencanaan sistem, hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
1.         Faktor-Faktor Kelayakan (Feasibility Factors) yang berkaitan dengan kemungkinan berhasilnya sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan.
2.         Faktor-Faktor Strategis (Strategic Factors) yang berkaitan dengan pendukung sistem informasi dari sasaran bisnis dipertimbangkan untuk setiap proyek yang diusulkan. Nilai-nilai yang dihasilkan dievaluasi untuk menentukan proyek sistem mana yang akan menerima prioritas yang tertinggi.

2.2.8.2  Analisis Sistem
            Menurut Kusrini (2007), tahapan analisis sistem dimulai karena adanya permintaan terhadap sistem baru. Permintaan bisa datang dari seorang Pimpinan/Manajer di luar departemen sistem informasi yang melihat adanya masalah atau menemukan adanya peluang baru. Namun, adakalanya inisiatif pengembangan sistem baru berasal dari bagian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem informasi. Tujuan utama dari analisis sistem adalah menentukan hal-hal secara detail yang akan dikerjakan oleh sistem yang diusulkan.
            Dalam menganalisis sistem pendukung keputusan akan dilakukan langkah-langkah pembuatan model, yaitu :
1.        Proses studi kelayakan yang terdiri dari penentuan sasaran, pencarian prosedur, pengumpulan data, identifikasi masalah, identifikasi epemilikan masalah, hingga akhirnya terbentuk sebuah pernyataan masalah.
2.        Proses perancangan model. Dalam tahapan ini akan diformulasikan model yang akan digunakan serta kriteria-kriteria yang ditentukan. Setelah itu, dicari alternatif model yang bias menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah memprediksi keluaran yang mungkin. Berikutnya, tentukan variabel-variabel model. Setelah beberapa altenatif model diberikan, pada tahap ini akan ditentukan satu model yang akan digunakan dalam sistem pendukung keputusan yang akan dibangun.
Di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem, adalah sebagai berikut :
a.         Identify, mengidentifikasi (mengenal) masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap analisis sistem. Masalah dapat di definisikan sebagai suatu pertanyaan yang di inginkan untuk dipecahkan. Tahap identifikasi masalah sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pada langkah-langkah selanjutnya.
b.        Understand, adalah memahami kerja dari sistem yang ada. Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi. Untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan penelitian.
c.         Analyze, menganalisis sistem tanpa report.
d.        Report, yaitu membuat laporan hasil analisis. Tujuan utama dari pembuatan laporan hasil analisis yaitu pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan.

2.2.8.3  Desain Sistem
            Dalam desain sistem, dibutuhkan alat bantu desain. Dalam tahapan ini, pengembang sistem bisa menentukan arsitektur sistemnya, merancang gambaran konseptual sistem, merancang database, perancangan interface, hingga membuat flowchart program. Salah satu alat bantu yang bisa digunakan dalam pembuatan sistem bantu keputusan adalah Data Flow Diagram (DFD). DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan asal data dan tujuan data yang keluar dari sistem, tempat penyimpanan data, proses apa yang menghasilkan data tersebut, serta interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut.
            Menurut John Burch dan Gary Grudnitski, desain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. (Jogiyanto : 2005 : 196)
            Tahap desain sistem mempunyai dua tujuan utama :
1.        Untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem.
2.        Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya.
Desain sistem dibagi dalam dua bagian, yaitu desain sistem secara umum (general systems design) dan desain sistem terinci (detailed systems design).
1.                  Desain Sistem Secara Umum (general systems design)        
            Pada tahap desain secara umum, komponen-komponen sistem informasi yang dirancang dengan tujuan dikomunikasikan kepada user bukan untuk pemrograman. Komponen sistem informasi yang di desain adalah model, output, input, database, teknologi, dan kontrol. (Jogiyanto : 2005 : 211)
a.         Desain Model Secara Umum
Analisis sistem dapat mendesain model dari sistem informasi yang di  usulkan dalam bentuk physical sistem dan logical model. Bagan alir sistem merupakan alat yang tepat digunakan untuk menggambarkan physical systems, logical model dapat digambar dengan diagram arus data. (Jogiyanto : 2005 : 211)
Bagan alir sistem merupakan bagan yang menunjukan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan alir sistem digambar dengan simbol-simbol sebagai berikut :








Tabel 2.2 Daftar Simbol Bagan Alir Dokumen
NO
NAMA SIMBOL
SIMBOL
KETERANGAN

1.

2.

3.

4.


5.


6.


7.


8.

Simbol Terminal

Simbol Dokumen

Simbol Kegiatan Manual

Simbol Simpanan Offline


Simbol Kartu Plong


Simbol Proses


Simbol Operasi Luar


Simbol Pengurutan Offline

 















 



Menunjukkan untuk memulai dan mengakhiri
Suatu proses

Menunjukkan dokumen input dan output baik itu proses manual, mekanik, atau komputer
Menunjukan pekerjaan manual
Menunjukkan file non-komputer yang diarsip urut angka (numerical), huruf (alphabetical), atau tanggal (chronological)
Menunjukkan input dan output yang menggunakan kartu plong (punched card).

Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer

Menunjukkan operasi yang dilakukan di luar proses operasi komputer

Menunjukkan proses urut data di luar proses komputer. operasi luar, menunjukkan operasi yang dilakukan di luar proses operasi komputer

NO
NAMA SIMBOL
SIMBOL
KETERANGAN

9.

10.


11.


12.


13.


14.


15.


16.


17.



Simbol Pita Magnetik

Simbol Hard Disk


Simbol Diskette


Simbol Drum Magnetik


Simbol Pita Kertas Berlubang

Simbol Keyboard


Simbol Display


Simbol Pita Kontrol


Simbol Hubungan Komunikasi




























Menunjukkan input dan output menggunakan pita magnetic.
Menunjukkan input dan output menggunakan harddisk

Menunjukkan input dan output menggunakan diskette

Menunjukkan input dan output menggunakan drum magnetik

Menunjukkan input dan output menggunakan pita kertas berlubang.

Menunjukkan input yang menggunakan on-line keyboard

Menunjukkan output yang ditampilkan di monitor.

Menunjukkan penggunaan pita kontrol (control tape) dalam batch control total untuk pencocokan di proses batch processing.

Menunjukkan proses transmisi data melalui channel komunikasi.
NO
NAMA SIMBOL
SIMBOL
KETERANGAN

18.


19.


20.


21.

Simbol Hubungan Komunikasi


Simbol Garis Alir


Simbol Penjelasan


Simbol Penghubung


    
 












Menunjukkan proses transmisi data melalui channel komunikasi.

Menunjukkan arus dari proses

Menunjukkan penjelasan dari suatu proses

Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau ke halaman yang lain
Sumber:  Jogiyanto HM, 2005 : 802
            Untuk mempermudah penggambaran suatu sistem yang ada atau sistem yang baru yang akan dikembangkan secara logika dan tanpa memperhatikan lingkungan fisik data tersebut mengalir atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan, maka digunakan Diagram Arus Data (DAD) atau Data Flow Diagram (DFD).




Tabel 2.3 Daftar Simbol Diagram Alir Dokumen
                                   
Simbol proses, menunjukan transformasi dari masukan menjadi keluaran

External Entity, merupakan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lain yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input serta menerima output dari sistem 

Aliran atau arus data, menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari suatu bagian ke bagian yang lain, dimana penyimpanan mewakili lokasi penyimpanan data.           

Penyimpanan, digunakan untuk memodelkan kumpulan data atau paket data    
 











(Sumber : Jogiyanto : 2005 : 700-807)

b.         Desain Output Secara Umum
            Output adalah produk dari sistem informasi yang dapat dilihat. Output terdiri dari macam-macam jenis seperti hasil di media kertas, dan hasil di media lunak. Disamping itu output dapat berupa hasil dari suatu proses yang akan digunakan oleh proses lain dan tersimpan di suatu media seperti tape, disk, atau kartu. Yang dimaksud dengan output pada tahap desain ini adalah output yang berupa tampilan di media kertas atau di layar video. (Jogiyanto : 2005 : 213)

c.         Desain Input Secara Umum
            Alat input dapat digolongkan ke dalam 2 golongan, yaitu alat input langsung (online input device) dan alat input tidak langsung (offline input device). Alat input langsung merupakan alat input yang langsung dihubungkan dengan CPU, sedangkan alat input tidak langsung adalah alat input yang tidak langsung dihubungkan dengan CPU. (Jogiyanto : 2005 : 214)
d.         Desain Database Secara Umum
            Basis data (database) adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan diluar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya. Sistem basis data adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu organisasi. (Jogiyanto : 2005 : 217)

2.         Desain Sistem Secara Rinci (Detailed systems design)  
a.         Desain Output Terinci
            Desain output terinci dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa bentuk output-output dari sistem yang baru. Desain output terinci terbagi atas dua, yaitu desain output berbentuk laporan di media kertas dan desain output dalam bentuk dialog di layar terminal. (Jogiyanto : 2005 : 362)
1.      Desain output dalam bentuk laporan : dimaksudkan untuk menghasilkan output dalam bentuk laporan dimedia kertas. Bentuk laporan yang paling banyak digunakan adalah dalam bentuk tabel dan berbentuk grafik atau bagan. (Jogiyanto : 2005 : 362)
2.      Desain output dalam bentuk dialog layar terminal : merupakan rancang bangun dari percakapan antara pemakai sistem atau user dengan komputer. Percakapan ini dapat terdiri dari proses memasukkan data ke sistem, menampilkan output informasi kepada user, atau keduanya.
b.         Desain Input Terinci
            Masukan merupakan awal dimulainya proses informasi. Bahan mentah dari informasi adalah data yang terjadi dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh organisasi. Data hasil dari transaksi merupakan masukan untuk sistem informasi. Hasil dari sistem informasi tidak lepas dari data yang dimasukan. Desain input terinci dimulai dari desain dokumen dasar sebagai penangkap input yang pertama kali. Jika dokumen dasar tidak di desain dengan baik, kemungkinan input yang tercatat dapat salah bahkan kurang. (Jogiyanto : 2005 : 375)
            Fungsi dokumen dasar dalam penanganan arus data :
1.    Dapat menunjukkan macam dari data yang harus dikumpulkan dan ditangkap.
2.    Dapat dicatat dengan jelas, konsisten, dan akurat.
3.    Dapat mendorong lengkapnya data, disebabkan data yang dibutuhkan disebutkan satu persatu di dalam dokumen dasarnya.
c.         Desain Database Terinci
            Database merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di simpanan luar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya. Database merupakan salah satu komponen yang penting di dalam sistem informasi, karena berfungsi sebagai basis penyedia informasi bagi para pemakainya. Penerapan database dalam sistem informasi disebut database system. (Jogiyanto : 2005 : 400)

2.2.8.4  Seleksi Sistem
            Tahap ini merupakan tahap untuk memilih perangkat yang akan digunakan untuk sistem informasi. Pengetahuan dibutuhkan oleh pemilih sistem diantaranya adalah pengetahuan tentang siapa yang menyediakan teknologi ini, cara pemilikannya, dan sebagainya. Pemilihan sistem yang harus paham dengan teknik-teknik evaluasi untuk menyelesaikan sistem.

2.2.8.5  Implementasi Sistem
            Menurut Kusrini (2007), Implementasi sistem merupakan tahapan untuk meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Pada tahapan ini terdapat banyak aktifitas yang dilakukan, yaitu :
1.        Pemrograman dan pengetesan program
Pemrograman merupakan kegiatan menulis program yang akan dieksekusi oleh komputer. Kode program harus berdasarkan dokumentasi yang disediakan oleh analis sistem hasil dari desain sistem.
2.        Instalasi perangkat keras dan lunak
Proses pemasangan perangkat keras dan instalasi perangkat lunak yang sudah ada.
3.        Pelatihan kepada pemakai
Manusia merupakan faktor yang diperlukan dalam sistem informasi. Jika ingin sukses dalam sistem informasi, maka personil-personil yang terlibat harus diberi pengertian dan pengetahuan tentang sistem informasi dan posisi serta tugas mereka.
4.        Pembuatan dokumentasi
Dokumentasi adalah melakukan pencatatan terhadap setiap langkah pekerjaan pembuatan sebuah program yang dilakukan dari awal sampai selesai.


2.2.8.6  Perawatan Sistem
            Perawatan sistem informasi adalah suatu upaya untuk memperbaiki, menjaga, menanggulangi, mengembangkan sistem yang ada. Perawatan ini di perlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja sistem yang ada agar dalam penggunaannya dapat optimal. Beberapa alasan mengapa kita perlu memelihara sistem yang ada yaitu: agar dapat meningkatkan sistem / kinerja sistem, dan menyesuaikan dengan perkembangan, agar sistem yang ada tidak tertinggal.
Aplikasi yang professional dalam SDLC dan teknik maupun perangkat modeling yang mendukungnya adalah hal-hal keseluruhan yang terbaik yang dapat seseorang lakukan untuk meningkatkan maintainabilitas sistem.


Jenis – jenis perawatan sistem meliputi :
-      Perawatan korektif : adalah pemeliharaan yang mengkoreksi kesalahan – kesalahan yang ditemukan pada sistem, pada saat sistem di jalankan / berjalan.
-      Pemeliharaan adaptif : yaitu pemelihaaan yang bertujuan untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi.
-      Pemeliharaan perfektif : pemeliharaan ini bertujuan untuk meningkatkan cara kerja suatu sistem.
-      Pemeliharaan preventif : pemeliharaan ini bertujuan untuk menangani masalah – masalah yang ada.
2.2.9    Teknik Pengujian Sistem
            Pengujian sistem adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan mempresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean. Tujuan dari pengujian ini adalah diharapkan dengan minimal tenaga dan waktu untuk menemukan berbagai potensi kesalahan dan cacat. Harus didasarkan pada kebutuhan berbagai tahap pengembangan, desain dan dokumen lain atau program yang dirancang untuk menguji struktur internal, dan menggunakan contoh-contoh ini untuk menjalankan program untuk mendeteksi kesalahan. Pengujian sistem informasi harus mencakup pengujian perangkat lunak, pengujian perangkat keras dan pengujian jaringan. Pengujian hardware, jaringan pengujian berdasarkan indikator kinerja spesifik yang akan digunakan di sini pengujian lebih jauh adalah pengujian perangkat lunak.

2.2.9.1 White Box
Pengujian white-box (glass box), adalah metode desain test case yang menggunakan struktur kontrol desain prosedural untuk memperoleh test case. Dengan menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat melakukan test case untuk memberikan jaminan bahwa :
-          Semua jalur independen pada suatu modul ditelusuri minimal 1 (satu) kali.
-          Semua jalur keputusan logis True/False dilalui.
-          Semua loop dieksekusi pada batas yang tercantum dan batas operasionalnya.
-          Struktur data internal digunakan agar validitas terjamin.
Pengujian white-box bisa dilakukan dengan pengujian basis path, metode ini merupakan salah satu teknik pengujian struktur kontrol untuk menjamin semua statemen dalam setiap jalur independen program dieksekusi minimal 1 kali dan tidak menjumpai error message. Perhitungan jalur independen dapat dilakukan melalui metrik Cyclomatic Complexity. Sebelum menghitung nilai Cyclomatic Complexity, harus diterjemahkan desain prosuderal ke grafik alir, kemudian dibuat flow graphnya, seperti pada gambar di bawah ini  (Roger S. Pressman, 2002 : 536).





Gambar 2.3  Contoh Bagan Alir
 






Gambar 2.4 Contoh Grafik Alir
Keterangan :
-          Node adalah lingkaran yang merepresentasikan satu atau lebih statemen prosedural.
-          Edge adalah anak panah pada grafik alir.
-          Region adalah area yang membatasi edge dan node.
-          Simpul Predikat adalah simpul atau node yang berisi kondisi yang ditandai dengan dua atau lebih edge yang berasal darinya.
Dari gambar flowgraph di atas didapat :
Path 1 = 1 11
Path 2 = 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 10 – 1 11
Path 3 = 1 – 2 – 3 – 6 – 8 – 9 10 – 1 – 11
Path 4 = 1 – 2 – 3 – 6 – 7 – 9 10 1 11
Path  1,2,3,4  yang  telah  didefinisikan  diatas  merupakan  basis  set  untuk diagram alir.
Cyclomatic complexity digunakan untuk mencari jumlah path dalam satu      flowgraph. Dapat dipergunakan rumusan sebagai berikut :
1.   Jumlah region grafik alir sesuai dengan cyclomatic complexity.
2.   Cyclomatix complexity V(G) untuk grafik alir dihitung dengan rumus :
                            V(G) = E – N + 2          …………………. (2.8)

Dimana :
E  =  jumlah edge pada grafik alir
N  =  jumlah node pada grafik alir
Cyclomatix complexity V(G) juga dapat dihitung dengan rumus :
               V(G) = P + 1               ………………….. (2.9)

Dimana P = jumlah predicate node pada grafik alir
Dari  Gambar di atas dapat dihitung cyclomatic complexity:
1. Flowgraph mempunyai 4 region
2. V(G) = 11 edge – 9 node + 2 = 4
3. V(G) = 3 predicate node + 1 = 4
Jadi cyclomatic complexity untuk flowgraph adalah 4.



2.2.9.2 Black Box
Pengujian Black-Box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori :
-            Fungsi tidak benar atau hilang.
-            Kesalahan antar muka.
-            Kesalahan pada struktur data (pengaksesan basis data).
-            Kesalahan inisialisasi dan akhir program.
-            Kesalahan performasi.
Pengujian ini berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak dan merupakan komplemen dari pengujian White-Box. Hal ini dapat dicapai melalui :
a.       Pengujian Graph-based: dimulai dengan membuat grafik sekumpulan node yang mempresentasikan objek (misal New File, Layar baru dengan atributnya), link (hubungan antar objek), node-weight (misal nilai data tertentu seperti atribut layar, perilaku), dan link-weight (karakteristik suatu link, misal menu select).
b.      Equivalence Partitioning: membagi domain input untuk pengujian agar diperoleh kelas-kelas kesalahan (misal kelompok data karakter, atau atribut yang lain).
c.       Analisis Nilai Batas: pengujian berdasarkan nilai batas domain input.
d.      Pengujian Perbandingan: disebut juga pengujian back-to-back yang diterapkan pada pada suatu versi perangkat lunak atau perangkat lunak redundan untuk memastikan konsistensinya.

-  Tersedia fasilitas penunjang seperti komputer di Unit tersebut.
-  Dibutuhkan sistem penunjang keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS.
Peluang
1.    Bagaimana cara merekayasa sebuah Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS menggunakan Metode TOPSIS ?
2.    Apakah Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS yang telah direkayasa dapat diimplementasikan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo ?
Masalah
Sistem pendukung Pemberian Bantuan PAMSIMAS dengan Metode TOPSIS pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Solusi
-  Sistem berjalan.
-  Sistem yang di usulkan.

Analisa Sistem
-  Desain Output.
-  Desain Input.
-  Desain Database.
-  Desain Teknologi.
-  Desain Model.

Desain Sistem
-  MySql.
-  Crystal Report 8.5.

Pembangunan Sistem
-  White Box.
-  Black Box.
Pengujian

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Implementasi
1.    Untuk mengetahui cara merekayasa sebuah Sistem Pendukung Pemberian Bantuan PAMSIMAS dengan menggunakan metode TOPSIS pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.
2.    Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bantuan PAMSIMAS yang telah direkayasa dapat diimplementasikan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.

Tujuan
2.3 Kerangka Pikir
 
           














Gambar 2.5 Kerangka Pikir

0 komentar:

Posting Komentar

Welcome To My Site © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute